Almost Adulting

No One Knows

13.15 WIB
“Kau kok enceng ki? Kenapa?” ucap mak’e dengan gaya bicaranya yang khas

Aku : Iya mak (sembari memberi senyum tipis)
Bu Ningsih : Kemarin Muhdi juga udah cerita. Coba lah ngobrol lagi, pasti ada solusinya.

Percakapan tadi siang membuka perjalanan ceritaku kali ini. Begitulah aku memanggilnya, Bu Ningsih atau biasa aku memanggilnya mak’e. Beliau adalah pendiri Yayasan Pendidikan Abisatya Sarah School yang sudah kuanggap mamak sendiri. Sosok sederhana namun memiliki kepedulian dan hati yang luar biasa.

13.30 WIB
“Mr kenapa ga tunggu kami lulus? Kan bentar lagi” ucap Cinta, Salsa dan Zahwa di sela-sela acara Grand Opening Sarah School. Aku tidak banyak merespon, tapi tampak seolah mereka keberatan untuk berpisah lebih awal, barangkali obrolan dan pertemuan kami siang tadi merupakan yang terakhir bagi mereka sebagai murid dan bagi saya sebagai guru, abang dan teman yang sudah membersamai selama hampir 2 tahun di sekolah.

17.45 WIB
Bunda : Adek jadi gimana wisudanya?
Aku : InsyaAllah bisa bun

Bunda menghampiriku yang sedang berdiam diri dengan posisi tergeletak. Tidur dan merebahkan diri di kamar bunda selalu menjadi momen favoritku ketika pulang ke rumah, ditambah lulu kucingku sering menghampiri untuk tidur disebelahnya. Rasanya, kata “nyaman” paling tepat digunakan dalam situasi dan kondisi ini.

Huhhh, it’s been two weeks I felt demotivated and lost interest in anything.
Are you really okay? Or are you just used to suppressing your feelings and emotions?

Merasa bersalah kepada diri sendiri tidak lebih besar dibandingkan rasa bersalah ketika aku mengabaikan orang terdekatku. Belakangan ini aku kehilangan motivasi dan semangat dalam segala hal. Aku merespon sekedarnya ketika berbicara dengan orang yang kuanggap ‘rumah & keluarga’ namun di sisi lain aku tampak ceria. Different people see different sides of me, depends on who I’m with.

“We mature by damage and not by age” Mungkin kalimat ini benar adanya. Hal-hal yang belum pernah aku alami, kini terjadi. Bahkan hal yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya kini menjadi perhatian di kepala.

Beberapa hal yang terjadi belakangan ini benar-benar menguji sampai sejauh mana batas kesanggupan diri. Terlebih, bulan ini aku resmi resign dari Kurnia Foundation. Mungkin hal-hal tersebut menjadi salah satu penyebabnya. Aku takut ketika harus ngobrol banyak dengan orang-orang terdekat, otomatis akan sedih bahkan mungkin langsung nangis haha. Tapi tentu saja sikapku ini tidak bisa dibenarkan juga, berlarut-larut membiarkan mereka yang peduli bukanlah hal yang baik. Tapi di sisi lain aku mencoba meminimalisir oversharing tiap masalah yang dihadapi. Keep being strong man outside, meskipun di dalam juga rapuh.

Terhitung dalam minggu ini aku sudah 4 kali keliling kota di malam hari. Memposting segala kegiatan di sosial media tanpa ada yang melihat merupakan salah satu hal yang membuatku sedikit senang dan mungkin juga tenang. Karna belakangan ini aku ‘memaksa’ bersikap tidak menjadi diri sendiri. Yang pada akhirnya, untuk sementara aku memutuskan menikmati hidup dengan diriku sendiri. Sembari memikirkan segala solusi dari setiap masalah yang dihadapi. Aku suka banget sendiri, nikmatin banyak waktuku sendiri, dan banyak hal yang aku lakuin sendiri. Apa yang aku share di sosial media adalah keberanian dan rasa nyaman untuk sendiri, alias tanpa orang lihat pun kamu akan tetap lakuin dan kamu nyaman. Tentu ini berbeda dengan nge-glorifying individuality & loneliness.

Di kondisi sekarang aku sedang tidak ingin becerita, lebih tepatnya aku lebih suka ditanya lalu menceritakannya. Tapi itu sulit terjadi, setiap orang memiliki kesibukan tersendiri dan itu mengapa aku ‘mengasingkan’ diri dari orang terdekatku. Karna se-hebat apapun manusia, se-tangguh apapun mereka, ga ada yang suka buat sendiri terus. Dan ini juga reminder buat semua nya, kita butuh orang lain, suka ga suka kita butuh. And it’s always such a nice feeling to be with people who cherish us right? dan buat mereka ngerasa dicherish sesuai yang mereka pengenin dan sebisa kita, vice versa.

Teman-teman, sungguh aku menuliskan ini bukan untuk mengumbar kelemahan dan kesedihanku. Aku hanya berharap, apa yang terjadi padaku tidak terjadi juga pada kamu. Namun, jika ternyata takdirnya kita memiliki cerita yang sama, kuharap kamu mampu bertahan. Semoga cerita dan pengalamanku ini bisa jadi pembelajaran, dan bekal dalam menjalani kehidupan di dunia yang penuh tanda tanya.

Here’s to us.
Apapun yang sedang kita alami sekarang, sabar dan ikhlaslah. Semoga terganti setiap tetes air mata dengan hal lain yang jauh lebih berharga. Tersenyumlah pada semesta, sebab kamu berhak bahagia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *